Sabtu, 29 Juni 2024 | 22:56
TRAVELLING

Produk Ekonomi Kreatif Kab. Cirebon: Perpaduan Budaya Islam, Cina, Arab dan Hindu

Produk Ekonomi Kreatif Kab. Cirebon: Perpaduan Budaya Islam, Cina, Arab dan Hindu
Seni Topeng Cirebon (jibiphoto)

ASKARA - Kota Cirebon, Jawa Barat, terus berkembang sebagai pusat pemerintahan daerah sekaligus pusat perdagangan dan jasa yang punya peran penting bagi nasional. Bahkan, dulu, Cirebon pernah jaya menjadi pusat perdagangan internasional yang banyak disinggahi kapal-kapal asing untuk berniaga. 

Kota Cirebon kaya akan produk etnik yang bersumber pada budaya Islam, Cina, Arab dan Hindu. Hal ini tercermin dari karakteristik, corak, dan ornamen pada hasil karya masyarakat Kabupaten Cirebon. Terdiri topeng, batik, lukisan kaca, kerajinan kerang, kerajinan rotan, ukiran kayu.

Ekonomi kreatif sendiri merupakan pengembangan konsep yang berlandaskan sumber aset kreatif yang diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan potensi ekonomi. 

Belum lama ini, dalam sebuah penelitian Sebelas Maret University, ekonomi kreatif berpotensi jika terdapat lima pilar potensi ekonomi kreatif yaitu Sumber Daya, Industri, Teknologi, Institusi dan Lembaga Keuangan.

Dari kelima klasifikasi kriteria tersebut kriteria yang paling menyumbang potensi ekonomi kreatif yaitu Produksi lalu dilanjut dengan Sumber Daya, Komunikasi Pemasaran, Modal dan Institusi.

Kampung Wisata Batik memiliki kelima kriteria tersebut sehingga dapat dinyatakan berpotensi namun terdapat kriteria yang harus dibenahi yaitu kriteria Institusi. Kriteria Institusi merupakan kriteria terendah pada potensi ekonomi keratif di Kampung Wisata Batik Trusmi.

Faktor-faktor terbesar yang menyumbang potensi ekonomi kreatif di Kampung Wisata Batik Trusmi yaitu Kualitas Sumber Daya Pengrajin, Motif Batik yang Beragam, Dana Pribadi,  Promosi Penjualan dan Bahan Batik yang Berkualitas. Sedangkan faktor-faktor yang perlu dikembangkan yaitu faktor Publikasi, Marketing Event, Organisasi, Kebijakan Pemerintah dan Dana Bantuan Pemerintah.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno mendorong pemerintah daerah dan pelaku ekonomi kreatif di Kabupaten Cirebon untuk memperkuat pengembangan produk subsektor ekonomi kreatif unggulannya.

“Kabupaten Cirebon punya potensi yang akan kita kembangkan asal kita bergandengan tangan. Saya serahkan Pak Bupati dan teman-teman ekraf untuk menentukan mana subsektor ekraf yang menjadi unggulan,” kata Menparekraf Sandiaga, dikutip laman kemenparekraf.go.id.

Sandiaga menjelaskan dengan mengembangkan produk ekonomi kreatif unggulan maka akan tercipta produk dengan kekhasan dari daerah tersebut. Sehingga, nantinya akan mendorong bangkitnya perekonomian daerah.

Oleh karena itu, ia juga mendorong pelaku ekraf Kabupaten Cirebon untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki serta meningkatkan kualitas produknya melalui program Pengembangan Kabupaten/Kota (KaTa) Kreatif Indonesia.

“Kabupaten Cirebon ini punya kuliner yang beragam dan enak-enak sekali, seperti Nasi Jamblang, Empal Gentong. Selain itu ada produk fesyen seperti batik khas Cirebon. Produk-produk subsektor ekraf inilah yang harus kita kembangkan dan tingkatkan kualitasnya,” ujarnya.

Berikut ini produk ekonomi kreatif di Kabupaten Cirebon:

Foto perempuanplatinum.id

Batik

Cirebon merupakan salah satu sentra batik di pulau Jawa yang memiliki perjalanan panjang. Sejarah batik Cirebon ini tidak bisa dipisahkan dari peran pusat pemerintahan (Keraton Cirebon). Salah satu warisan kebudayaan yang masih bertahan hingga kini di daerah Cirebon adalah batik.

Batik tradisional di Keraton Cirebon sendiri telah muncul sejak awal perkembangan agama Islam di Cirebon. Artinya, seni membatik di Cirebon lebih dulu ada sebelum Keraton Mataram di Yogya dan Solo.  

Batik pertama kali dikenal dan dikembangkan di pulau Jawa, seiring berjalannya waktu kerajinan ini telah dikenal ke mancanegara. Bahkan kain batik telah ditetapkan sebagai warisan budaya tradisional asal Indonesia oleh UNESCO pada Oktober 2009.

Perkembangan Batik di kota Cirebon berawal pada abad pada tahun 1479 M ketika Syekh Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dan Mbah Buyut Trusmi menyebarkan agama Islam sekaligus mengajarkan kerajinan Batik pada warga Desa Plered.

Batik Cirebon memiliki keunikan tersendiri. Jenis Motif Batik Khas Cirebon terdiri Mega Mendung, Patran Kembang, Taman Teratai, Lenggang Kangkung, Kapal Kandas, Ganggengan, Mataharian, Tebu Sekeret, Pring Sedapur, dan Ceker Ayam.

Dikutip dari wikipedia, motif atau ornamen batik Cirebon dikelompokkan menjadi ornamen batik pesisiran dan batik keraton, yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Ornamen batik keraton termasuk dalam batik klasik, misalnya motif paksi naga liman, megamendung, patran keris, singa payung, singa barong, dan sebagainya.

Ornamen batik Cirebon cukup bervariasi, karena selain dikembangkan oleh keluarga keraton dan masyarakat yang setia kepada sultan, masyarakat Cirebon juga memiliki karakter terbuka terhadap budaya asing. Ornamen yang dihasilkan misalnya ornamen paksi naga liman yang memperoleh pengaruh dari Persia, soko cino dari keramik Tiongkok, dan buraq dari Arab.

Motif batik Cirebon yang paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif Megamendung. Motif ini melambangkan awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan. Sejarah motif ini berkaitan dengan sejarah kedatangan bangsa Tiongkok di Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa bernama Ong Tie. Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus dengan proses pewarnaan yang dilakukan sebanyak lebih dari tiga kali.

Batik Cirebon merupakan ragam batik khas Cirebon yang merupakan salah satu dari empat sentra industri batik di Jawa Barat yang masih ada hingga sekarang. Tiga sentra industri batik lainnya adalah Indramayu, Tasikmalaya, dan Garut. Meskipun demikian, Cirebon merupakan sentra batik tertua yang memberikan pengaruh terhadap ragam pola batik di sentra-sentra industri batik lain di Jawa Barat.

Dimulai dari ujung Barat Pulau Jawa, ada Sentra Batik Trusmi Cirebon. Sejak dulu Cirebon dikenal sebagai salah satu pusat pengrajin batik terbaik di Indonesia. Sentra Batik Trusmi terletak di kawasan Plered, atau sekitar 4 kilometer sebelah barat Kota Cirebon. Terletak tak jauh dari jalur utama Pantura, membuat sentra batik ini mudah diakses oleh wisatawan.

Sentra batik Trusmi sendiri merupakan sebuah desa yang dihuni oleh para pengrajin batik di Cirebon. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 3.000 pelaku industri kreatif di sentra batik Trusmi. Motif batik premium di kawasan ini adalah motif Batik Mega Mendung dan Paksi Naga Liman. Wisatawan dapat memasuki daerah sentra batik Trusmi dan belajar membatik langsung dari para pengrajin batik.

Kampung Batik Trusmi merupakan kawasan pengrajin batik pesisiran yang berlokasi di daerah Plered, kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Batik disini memiliki keunikan berupa warna dan motif tertentu. Batik Trusmi Cirebon telah mengenal inovasi dan akulturasi Budaya yang tertuang pada sebuah motif Batik Mega Mendung, yang mana merupakan hasil akulturasi dari kebudayaan Cina dan Cirebon.

Foto radarcirebon.disway.id

Lukisan Kaca

Seni lukis kaca Cirebon dibuat dengan cara terbalik menggunakan media lembaran kaca. Jenis lukisan kaca Cirebon sendiri terkenal bernuansa Islami, disebabkan awal perkembangannya yang kental dengan pengaruh Wali Songo.

Berbeda dengan kaca patri yang digunakan sebagai kaca jendela hias, lukisan kaca Cirebon lebih memiliki peran spiritual bagi pemiliknya. Lukisan kaca Cirebon biasanya berhiaskan kaligrafi ayat Al-Quran, memiliki makna mengingatkan pemiliknya pada ajaran agama Islam.

Bahan dasar dari Kaca Bening/Polos, Kertas untuk Sket Gambar, Cat Warna, Pigura, Minyak Cat dan Prada/brons. Sedangkan model lukisan terdiri Semar, Batar Guru, Dewi Kwam Im, Sunyaragen, Kereta Singabarong, Mega Mendung, Kaligrafi Arab, Benteng Windu, Macan Ali, dll

Seperti disiarkan portal Kemendikbud, lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon sejak abad ke-17 Masehi. Keberadaannya bersamaan dengan berkembangnya Agama Islam di Pulau Jawa. Lukisan Kaca berperan sebagai media dakwah Islam pada masa pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon.

Lukisannya berupa Kaligrafi dan Wayang. Pengaruh Islam menjadi ciri khas dari lukisan kaca Cirebon, seperti gambar kabah, masjid dan kaligrafi berisi ayat-ayat Alquran atau Hadis.

Cerita wayang berpengaruh pada pilihan tema lukisan kaca. Para pengrajin lukisan kaca selalu menampilkan tokoh seperti Kresna, Arjuna, Rama, Lesmana, dan lain-lain. Masa kejayaan lukisan kaca diperkirakan dimulai pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Sekurang-kurangnya hingga tahun 1950-an.

Ketika itu hampir semua rumah di Cirebon terpasang lukisan kaca. Lukisan kaca itu bukan sekedar hiasan, namun dipercaya sebagai penolak bala. Pda tahun 1960-an merupakan masa-masa suram bagi seniman lukis kaca. Sejak awal tahun 1980-an, aktivitas lukisan kaca mulai bangkit dan terus berkembang.

Lukisan Kaca Cirebonan merupakan seni lukis dengan mempergunakan media kaca. Teknik melukisnya dilakukan dengan cara terbalik atau melukis dibagian belakang. Hasil lukisannya biasa dilihat dari bagian depan. Lukisan Kaca Cirebonan memiliki keunikan dalam penggarapannya. Melukis di bagian belakang sangat membutuhkan ketelitian, keterampilan dan kesabaran.

Seorang Pelukis Kaca harus mampu menghindarkan diri dari kesalahan ketika melakukan pengecatan. Pewarnaannya menganut Gelap ke Terang dan Terang ke Gelap. Demikian pula, ketelitian dalam menggoreskan kwas perlu dimiliki, agar tidak menabrak kontour (garis gambar), ketelitian dalam mencampur/mengoplos warna dan ketelitian dalam menentukan ragam hias.

Foto istockphoto.com

Ukiran Kayu

Bahan baku yang digunakan antara lain kayu jati, kayu mahoni, jenis kayu dengan tekstur keras. Sedangkan jenis ukiran kayu yang dibuat bermacam-macam adapun model yang banyak dicari dipasaran yaitu Kaligrafi Arab.

Keraton Kasepuhan merupakan keraton tertua yang terdapat di Cirebon, dan dari sudut disiplin ilmu Arkeologi merupakan data yang penting untuk mengetahui aktivitas dan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud seni keraton yang masih dapat diamati ialah artefak yang berupa ukiran-ukiran kayu.

Seni ukir kayu cirebon yang terdapat di keraton kesepuhan dan kanoman ada pengaruhnya dari hindu, tiongkok dan pengaruh dari islam. seni kayu ukir cirebin di ciptakan mempunyai arti simbolik dan juga mempunyai rasa keindahan dalam hiasannya. seni ukir kayu cirebon perlu di pelajari di kembangkan dari generasi ke generasi baik dari segi bahan, disain, teknik pembuatannya maupun segi hiasannya

Selain diminati pasar domestik, ukir kayu khas Cirebon Jawa Barat juga berhasil menembus pasar Amerika. Setidaknya 5 hingga 10 ukiran setiap bulannya dikirimkan ke Amerika. Motif ukir kayu yang paling banyak disukai adalah kaligrafi, motif daun khas Cirebon, motif hewan, dan lainnya. Selain untuk hiasan, ukir kayu tersebut juga digunakan untuk alat peraga seni di salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat.

Foto batiqa.con

Topeng

Topeng khas Cirebon memiliki 5 karakter topeng berbeda yaitu topeng Panji, topeng Samba, topeng Rumyang, topeng Tumenggung dan topeng Kelana. Kayu yang digunakan antara kayu Jaran, kayu Waru, kayu Mangga dan kayu Lame.

“Lima topeng Cirebon memiliki lima makna yang berbeda,” jelas Elang Iyan Ariffudin Kepala Unit Cagar Budaya Keraton Kacirebonan sekaligus Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia Kota Cirebon.

Pertama topeng Panji yang merupakan sinonim mapan ingkang siji yang berarti kita harus yakin kepada Allah SWT satu-satunya yang berhak disembah.

Topeng Panji juga dapat bermakna fase seseorang yang baru saja terlahir di dunia dalam kondisi suci. Topeng panji biasanya dimainkan dengan gerakan tari yang halus dan juga lembut.

“Kedua topeng Samba yang menggambarkan fase anak-anak dalam kehidupan manusia. Samba juga bisa diartikan dengan silaturahmi antarsesama,” terangnya, dikutip Detik.

Ketiga topeng Rumyang sinonim dari harumiyang, bermakna seseorang mulai masuk usia remaja yang sedang merantau. "Apabila sedang merantau hendaklah memberikan sesuatu yang harum," kata Iyan.

Keempat adalah Tumenggung yang merupakan sebutan untuk orang tertinggi di kerajaan setelah raja yang memiliki karakter tegas, berani, dewasa dan bertanggung jawab.

“Gerakan tari topeng tumenggung menunjukkan gerakan yang tegas, penuh kematangan dan kesetiaan,” katanya.

Terakhir topeng Kelana atau Rahwana yang menjadi puncak dari klimaks dalam kehidupan manusia. Dilihat sekilas topeng kelana terlihat seperti topeng yang memiliki karakter keras dan pemarah namun meskipun begitu topeng Kelana memberikan makna untuk mencapai sesuatu harus dengan cara yang baik.

"Kelima topeng merupakan perwujudan dari perjalanan hidup manusia dari panji bayi, samba balita, rumyang remaja, tumenggung dewasa dan kelananya itu kilmaks. Jadi tidak serta merta leluhur membuat kesenian tanpa ada maksud dan tujuan," tutur Iyan.

Topeng biasanya digunakan untuk kesenian tari Topeng Cirebon, diantaranya adalah kesenian tari Topeng Cirebon. Tari Topeng Cirebon merupakan salah satu seni tari yang termasyhur di Jawa Barat. Tarian ini merupakan gambaran budaya yang menjelaskan sisi lain dari setiap diri manusia.

Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati adalah tokoh yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam dan tari topeng di Cirebon. Pada tahun 1470-an, Sunan Gunung Jati bekerja sama dengan Sunan Kalijaga dalam upaya penyebaran Islam di Pulau Jawa.

Kala itu, kedua Sunan tersebut memfungsikan Tari Topeng sebagai media penyebaran Islam sekaligus tontonan di lingkungan Kesultanan Cirebon. Selain Tari Topeng, ada beberapa jenis kesenian lain yang juga digunakan untuk mendukung penyebaran agama Islam, yaitu Angklung, Reog, Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Brai, dan Berokan.

Kerajinan Rotan

Sejak abad 16, Kabupaten Cirebon memang dikenal sebagai eksportir olahan rotan. Furnitur, anyaman, dan bermacam kerajinan rotan menjadi andalan daerah ini. Bahkan, kerajinan rotan Cirebon telah menjadi bagian dari identitas budaya Cirebon.

Pada masa itu, rotan merupakan salah satu komoditas ekspor utama Cirebon. Rotan dari Cirebon diminati oleh para pedagang dari berbagai negara, terutama Eropa.

Jenis produk yang dibuat terdiri kursi, tempat tisu, tas, vas bunga, bunga, dll.  Furnitur rotan asal Kab. Cirebon diekspor sebanyak 1.499 kontainer atau senilai 62,14 juta USD (Dinas Perdagangan dan Perindustrian, 2023).

Destinasi tujuan ekspor produk furnitur rotan: AS, Afrika Selatan, Singapura, Jepang, Brazil, Inggris, Australia, dan  Kanada. Kerajinan rotan sudah dipasarkan ke sejumlah negara pada 2023 dengan nilai ekspor sekitar 5,74 juta USD.

Zainudin Daud, Pemilik sekaligus Direktur Utama PT.Findora Internusa, Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, menceritakan kiprahnya di pulau Jawa hingga menjadi sukses, dengan ekspor hasil produksi ke seluruh mancanegara.

Zainuddin Daud menjelaskan hasil produksi rotan miliknya itu sebagian besar (80%) diekspor ke Eropa dan Amerika.

“Sebagian juga ada di Asia, namun dominannya ke eropa dan amerika. Untuk produksi dalam negeri, kita melihat bagaimana permintaan, karena menerima pemesanan per kontainer, biasanya per bulan kita ekspor 250 kontainer,” kata Zainudin.

Pabrik ini mengembangkan berbagai model olahan furnitur alat rumah tangga, mulai kursi, lemari, dan perlengkapan lainnya dengan berbahan rotan.

Dengan luas lahan 6 hektar, pabrik furniture rotan tersebut menyerap seribu lebih tenaga pekerja, dan sebagian dari karyawan di PT Findora berasal dari Aceh Barat Daya.

"Saat ini, ada 3 orang mahasiswa yang mendapat beasiswa keluar negeri yakni ke Negara Italia dan Jerman," terangnya saat menerima kunjungan Cendikiawan Muslim yang juga Pakar Ekonomi Kelautan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, belum lama ini.

Foto disparbud.jabarprov.go.id

Kerajinan Kerang

Wisata belanja aneka kerajinan kulit kerang berlokasi di Desa Astapada, Kec. Tengah Tani, Kab. Cirebon. Sementara itu, produk yang dijual bervariasi, seperti souvenir (piring, mangkok, cermin, lukisan, dll) dan furniture (tempat tidur, kursi, meja, lampu dll).

Produk ini sempat dicampakkan pasar lokal namun diminati negara lain seperti negara di Asia dan Eropa. Kerajinan ini berhasil diekspor dan mendapat omzet 1 juta dolar per tahun.

Dalam laman disparbud.jabarprov.go.id, menjelaskan sisi kreativitas diperlihatkan warga Cirebon ketika memanfaatkan kerang menjadi produk seni bernilai tinggi. Hal itu dapat dilihat jika kita mengunjungi Istana Kerang Multi Dimensi di Jalan Ki Ageng Tapa, Astapada, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon.

Usaha ini diawali dari sepasang suami istri Jaime Taguba dan Siti Nurhandiah J Taguba. Mereka konsisten membuat kerajinan dari kerang hingga akhirnya bisa dipasarkan ke luar negeri.  Berbagai produk dihasilkan seperti hiasan lampu, cermin, pajangan, hingga replika pohon natal. Bekat usahanya tersebut, kini banyak masyarakat yang mampu menghidupi dirinya lewat industri ini.

Pemilik Istana Kerang Multidimensi Cirebon ini memiliki ribuan kerajinan kerang yang bernilai ekonomi. Kerang hasil laut itu dipadukan dengan seni bernuansa kearifan lokal setempat. Mulai dari asbak, hingga produk furniture berlapis kerang, seperti sofa, tempat tidur maupun lampu hias. Hasilnya, dapat menghiasi nuansa furnitur di rumah.

Kerang hasil kerajinannya dijual mulai dari harga Rp 10 ribu hingga puluhan juta rupiah. "Sebagian besar hasil kerajinan kerang kami ekspor ke luar negeri. Namun kami sempat terganjal pandemi covid-19 ada penurunan," kata Siti, dikutip liputan6.com.

Prof. Dr. Ir, Rokhmin Dahuri, MS

Industrialisasi Berbasis Teknologi

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof. Dr. Ir, Rokhmin Dahuri, MS mengingatkan, seyogianya Cirebon juga sudah mulai mengimplementasikan industrialisasi yang berbasis teknologi karena sekarang era industri 4.0. Selain aspek hardware, yakni teknologi dan infrastruktur pendukungnya,

“Pemerintah Cirebon harus memerhatikan kualitas sumber daya manusia (SDM)-nya. Seperti sering disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), negara ini tidak akan maju jika tidak ditopang dengan kualitas SDM yang mempuni," kata Prof. Rokhmin Dahuri, dikutip Sabtu (22/6).

Dalam kaitan meningkatkan kualitas SDM tersebut, ujar Menteri Kelautan dan Perikanan 2001-2004 itu.menyarankan kepala Pemerintah Kota Cirebon baik walikota maupun ketua DPRD untuk terus meningkatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan juga pendidikan.

Selain itu, perlu menitik beratkan pada research and development. Pasalnya, banyak ekonomi kreatif di Cirebon yang tidak hanya menjadi pemain nasional bahkan global.

“Contohnya adalah mangga gedong gincu. Bahkan Korea Selatan sangat membutuhkan mangga Cirebon yang terkenal dengan kerajinan batik dan lukisan kaca,” sebutnya.

Lalu, Prof. Rokhmin Dahuri memaparkan, ada 3 langkah strategis untuk menciptakan produktivitas dan daya saing. Pertama, menjadi tuan rumah yang baik (be a good host) bagi pelanggan daerah (rakyat, wisatawan, investor, dan talented people).

Kedua, memperlakukan pelanggan secara baik (treat your customers/guests properly),  dan ketiga, membangun sebuah “rumah” yang nyaman bagi pelanggan (building a home sweet home).

Langkah strategis-1 merupakan upaya untuk menarik dan mengakuisisi pelanggan (customer acquisition). Langkah strategis-2 untuk memuaskan pelanggan (customer satisfaction).

“Sedangkan langkah strategis-3 untuk mempertahankan pelanggan (customer retention),” paparnya mengutip Kotler dan Kertajaya (2004).

 

Komentar